Hewan ke luar angkasa memang pernah terjadi dalam sejarah Manusia. Tujuan utamanya adalah menguji kekuatan makhluk hidup lain selain manusia saat berada di roket dan luar angkasa. Mulai dari awal pemberangkatan hingga kembali ke Bumi lagi. Masih bisa bertahan atau tidak.
Prosedur pemilihannya tidak serumit dan sepanjang manusia. Tetapi, untuk masalah kesehatan tetap ketat. Karena, berpengaruh pada penelitian yang berlangsung. Sebelum diterbangkan ke luar angkasa, biasanya hewan ini akan melakukan beberapa pelatihan terlebih dahulu. Waktunya pun beragam mulai dari 1 sampai 3 tahun lamanya.
Saat pelatihan ini biasanya bersama dengan Dokter hewan yang sudah dipilih. Dokter ini bertugas memeriksa kesiapan dari hewan sebelum diterbangkan. Hewan itu harus memenuhi kriteria khusus sesuai yang telah ditetapkan. Menariknya, ada beberapa hewan selamat namun ada juga yang tidak mampu bertahan.
Hewan ke Luar Angkasa dan Mampu Bertahan
Di antara beberapa hewan, lalat buah dikirim menggunakan roket V-2 diterbangkan pada 20 Februari 1947, berhasil selamat dan masih hidup sampai di Bumi. Pengiriman, Lalat buah untuk menguji seberapa besar efek radiasi kosmik terhadap makhluk hidup. Terutama saat berada di atas ketinggian luar angkasa.
Dalam pengujiannya, lalat ditempatkan dalam sebuah kapsul, selanjutnya roket diluncurkan. Berada diketinggian 109 kilometer, dan berada di udara selama 3 menit 10 detik. Kemudian, kapsul tersebut dilepaskan. Lalat bisa kembali dengan menggunakan parasut, saat dibuka hewan tersebut masih hidup dan mampu terbang.
Hewan ke luar angkasa yang mampu bertahan berikutnya adalah kura-kura yang diterbangkan dari Rusia pada tahun 1958. Roketnya diberi nama Zond 5, berisi sampel berupa tanah dan biji-bijian. Merupakan misi pertama yang mengorbit di bulan, selanjutnya kembali ke Bumi.
Rencananya, turun di kawasan Kazakhstan. Tetapi, tanpa diketahui penyebabnya, kapsul ini pun akhirnya berbelok arah. Sehingga jatuh di perairan Samudera Hindia. Menariknya, Kura-Kura yang dikirim masih bertahan hidup. Hanya saja, harus rela kehilangan masa tubuh sebesar 10%.
NASA kembali mengirimkan hewan untuk sebuah pengujian. Saat itu adalah dua katak yang dilakukan pada 1970. Dalam misi ini, untuk meneliti mekanisme keseimbangan telinga, melihat apakah ada efek mabuk perjalanan pada katak. Misi tersebut sukses dilakukan, keduanya masih tetap hidup.
Saat kembali ke bumi juga tidak menemukan kendala yang berati. Hanya saja, selama enam hari berturut-turut mengalami aklimatisasi. Masa ini pula sistem vestibulasinya berjalan dengan normal, walau secara perlahan. Tetapi, masih bisa hidup cukup lama, kurang lebih 1 tahun ke atas.
Hewan ke Luar Angkasa yang Tidak Mampu Bertahan
Dari beberapa hewan yang sudah diterbangkan. Monyet menjadi yang paling besar mengalami kematian. Hampir ¾ meninggal saat tiba kembali di Bumi. Dalam percobaan pertama, bernama Albert II yang diberangkatkan pada tanggal 14 Juni 1949. Mampu bertahan pada ketinggian 134 kilometer.
Sayangnya, saat kembali ke Bumi parasut yang digunakan tidak berfungsi dengan baik. Hingga, kapsul menabrak tanah dan Albert II meninggal. Pada tahun 1948 Albert I juga melakukan hal yang sama. Hanya saja, sebelum sampai ke atas sudah meninggal terlebih dahulu karena kapsul terlalu sempit.
Dalam pengiriman monyet ke luar angkasa menggunakan berbagai prosedur. Salah satunya di bius terlebih dahulu. Pada tahun 1950-1960 Amerika dan Rusia melakukan uji coba pada hewan ini. Hasilnya tidak jauh berbeda. Lebih banyak yang mati daripada bertahan hidup setelah sampai di Bumi.
Ada anjing jalanan yang diberi nama Laika. Melakukan perjalanan ke luar angkasa pada tahun 1957 melalui Uni Soviet. Sebelum peluncuran, para ilmuwan yakin bahwa hewan ini mampu bertahan setidaknya 7 hari. Kenyataannya, hanya bisa hidup sampai 5 jam saja. Karena, suhu ruangan terlalu panas. Laika amat populer di negaranya hingga diterbitkan prangko khusus untuk mengenangnya.
Pada tanggal 31 Agustus 1937 Amerika untuk pertama kalinya memberangkatkan tikus pergi ke luar angkasa. Hewan satu ini mampu mengudara di atas ketinggian 137 kilometer. Sayangnya, saat kembali ke Bumi kapsul yang dikenakan fungsi parasut tidak berjalan dengan baik, hingga akhirnya mati.
Sampai saat ini penelitian terus berlanjut. Masih banyak hewan yang dikirim ke luar angkasa untuk sebuah misi penelitian. Beberapa pengujian membuktikan hewan mampu bertahan di angkasa. Hewan ke luar angkasa bisa menjadi tolak ukur untuk manusia saat berada di luar angkasa nanti.
Comments